Monday 26 April 2010

PUDARNYA KHARISMA NAHDLATUL ULAMA SEBAGAI JAM'IYYAH DINIYYAH IJTIMA'IYYAH

Tak heran jika pada saat-saat menjelang sebuah pemilu, pilkada,pilwali dan semacamnya banyak para partai serta calon Anggota Legislatif berebut umat sebagai pemilihnya Sebagai Organisasi Sosial Kemasyarakatan dengan warganya yang sangat banyak serta sangat pesat dipelosok Nusantara ini.sebutlah Nahdlotul Ulama yang mana Organisasi ini sebagai Jam’iyyah Diniyyah ijtima’iyyah telah banyak melahirkan para Tokoh-Tokoh besar. Dari pendirinya sendiri yaitu sosok KH Wahab Hasbullah, selaku motor bagi terbentuknya Jam’iyyah ini dan yang merestuinya dalam proses pendirian Oraganisasi ini yang tak lain masih sanak keluarga beliau Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari.

Sedikit menyinggung akan peran Nahdlatul Ulama dalam kanca politik di negeri ini, yang kala itu pada tahun 1946 Nahdlatul Ulama mengambil sebuah sikap pada muktamar Nahdlatul Ulama di Purwokerto, menyruhkan kepada warganya untuk mendukung sebuah partai yang bernama Masyumi dank ala itu warga Nahdlatul Ulama lah yang menjadi tulang punggung keberhasilannya mendukung Masyumi. Akan tetapi lambat laun Nahdlatul Ulama merasa tidak puas dengan sikapnya yang dualisme yaitu sebagai ORMAS dan juga Parpol maka pada muktamar yang selanjutnya tepatnya Muktamar Nahdlatul Ulama di Palembang1972 Nahdlatul Ulama mengambil sebuah sikap untuk ikut unjuk dalam kanca politik dan berdirilah sebuah Partai Nahdlatul Ulama.

Hal ini berlangsung tidak lama yaitu hingga tahun 1973 tepatnya saat kebijakan pemerintah kala itu mengeluarkan kebijakannya yaitu penyederhanaan system kepartaian. Akhirnya pada 5 Januari 1973 Nahdlatul Ulama berfusi dengan PPP bersama tiga partai lainnya kala itu yaitu Parmusi, PSII dan Persi.

Mulai dari sinilah Nahdlatul Ulama perannya sebagai Ormas yang berorientasi Jam’iyyah Diniyyah Ijtima’iyyah hamper terlupakan karena para petingginya sibuk akan perannya yang berada di dunia politik praktis kala itu. Yang mana dengan begitu banyak warganya anya dimanfaatkan oleh para tokoh-tokohnya saja dari sinilah taring Nahdlatul Ulama sebagai Ormas pudar hingga pada Muktamar Nahdlatul Ulama di Situbondo Nahdlatul Ulama mengambil sikap untuk kembali Ke Khitta 1926 yaitu sebagai Jam’iyyah Diniyyah Ijtima’iyyah.

Inilah sebuah wacana yang harus kita semua sebagai warga Nahdlatul Ulama ketahui, sabagai pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua warga Nahdlatul Ulama, apalagi pada saat ini banyak para politikus berebut pemilih dan memberikan slogan yang tidak tanggung-tanggung mengatas namakan Nahdlatul Ulama. agar jangan sampai sejarah lama terulang kembali dan kharisma Nahdlatul Ulama tetap sebagai Jam'iyyah Diniyyah Ijtima'iiyah

1 comment:

  1. petinggi NU banyak yang mabuk kekuasaan...
    bisa dilihat dari formatur NU terbaru hasil muktamar yll, betapa sangat menampakkan ambisi yang tinggi dalam penguasaan jaringan untuk perbutan kekuasaan (presiden) di masa mendatang...malah jauh dari peran amaliyah.
    di sisi lain, para sarjana NU malah cenderung (banyak yang) mengabil pemikiran-pemikiran sekular...

    eniwey...ini pemikiran pribadi loh... ;-)

    salam kunjugan balasan...afwan kalo datang-datang langsung sesumbar... ;-D

    ReplyDelete